Home » » Nyali yang menyala

Nyali yang menyala

Written By Abi on Sunday 25 March 2012 | 03:20


 Nyalakan nyalimu. Sehingga kehebatan yang terpendam dalam diri segera terkuak. Yang dengannya dunia di matamu bagai setitik bara. Mudah dipadamkan. Namun tetap menjadikannya sesuatu yang berbahaya, bila salah mengasuhnya.
Sepanjang sejarah manusia membuktikan. Tak sebatang jasad pun yang meraih gelar takwa dari kemanjaan diri yang terpelihara. Karena bagi orang-orang yang mendapat kemuliaan hidup dari Tuhannya, dunia ini ibarat neraka. Melelahkan dan menyakitkan. Sebuah kesaksian dan perjalanan hidup salah seorang sahabat Rasul yang mulia, Sa’ad Bin Abi waqqash bertutur,”Ketika kaum muslimin diboikot dan dikucilkan di syi’ib Mekah, hampir tiga tahun lamanya yang kami makan bersama Rasululah adalah dedaunan sehingga kotoran kami menyerupai (kotoran) domba.”
Hal ini menjadi cambuk pelecut tekad pembakar semangat. Untuk berkata, “Inilah jalanku!” dan jalan orang-orang yang telah dijanjikan syurga oleh Allah adalah jalan yang berliku, penuh duri, halangan, rintangan dan penderitaan. “Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (Al Ankabut, 1-3)
Lalu, apakah orang-orang yang hidup bergelimang kenikmatan luput dari ujian? Tidak! Justru ujian mereka lebih berat. Rasulullah bersabda, “Aku lebih takut kalian menghadapi fitnah kesenangan dari pada fitnah kesengsaraan.” Ini sangat wajar. Karena seorang hamba merasa dirinya tengah diuji ketika mendapat bala dan musibah. Dan merasa memperoleh anugerah ketika kesenangan hidup ia rasakan.
Maka, apabila ada diantara remaja yang lebih memilih kemanjaan dalam hidup. Hakikatnya ia memilih ujian yang lebih berat dan memberatkan. Ia seolah mencari jalan rata, tanpa duri, dan tanpa rintangan. Namun, sesungguhnya ia sedang berjalan di atas sebuah batang di atas jurang yang dalam. Dan kemanjaan diri sebuah tanda bahwa ia lebih memilih kenistaan dan kecelakaan.
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Popular Post



 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. mm - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger