Home » » Jangan manjakan cinta

Jangan manjakan cinta

Written By Abi on Sunday 25 March 2012 | 03:27


Pernahkah engkau memperhatikan kesudahan para pemanja cinta? Pernahkah engkau melihat sepasang kekasih berjalan beriringan menuju sebuah ruang kecil di sudut sekolah? Ya! Konon ruang laknat itu acap kali dijadikan lahan meraup nikmat. Atau tingkah seorang lelaki seusia bapakmu yang mampir di sebuah warung remang-remang, berhenti beberapa menit untuk sekedar minum kopi, lalu beranjak pergi dengan oleh-oleh sebatang jasad seksi yang terkikik ketika pipi mulusnya dicubit? Lihat seorang gadis yang berjalan rapat di samping kekasihnya. Lihat pula seorang pria yang memegang tangan mulus kekasihnya dengan erat, seraya menciumnya. Lalu terlontar dari bibirnya kata-kata penuh rayu, sebagai bayaran atas jilatan-jilatan yang telah ia lakukan. Dan yang mungkin teramat sering engkau lihat adalah ketika seorang wanita dengan t-shirt ketat, masuk sebuah gedung bioskop ditemani seorang lelaki yang saat itu menjadi pujaan hatinya. Pernahkah engkau berpikir tentang apa yang mereka lakukan dalam ruang gelap gulita itu? Tidak pernah! Dan sebaiknya begitu.
Bila harus jujur, benarkah di hati seorang lelaki yang menjilat kharisma kekasihnya dalam ruang sempit lagi menjijikan itu mendekam kata cinta? Benarkah dalam benak seorang bapak yang berpaling dari daging lejat kepada daging busuk itu bersemayam cinta? Benarkah seorang wanita yang bersama kekasihnya berkumul di dalam ruang gelap gulita itu atas dasar cinta? Benarkah mereka yang berjalan bergandengan, bersentuhan, dan selebihnya melakukannya karena cinta?
Bila semua itu sebuah kebenaran, cinta produk mana yang mereka pakai? Cinta karya siapa yang mereka agungkan? Sungguh kita akan terkapar dalam keraguan tentang cinta, bila selama hidup hanya berpikir tentang cinta. Karena cinta adalah penyakit yang menolak banyak obat. Karena cinta akan membuat kebijaksanaan hidup menjelma kedunguan dan ketololan pelakunya. Bahkan cinta ibarat sebuah perang, mudah memulainya sulit mengakhirinya. Maka, berhati-hati dalam memberdayakan cinta, sebuah keharusan.
Cinta ibarat air. Ia akan menjelma apa-apa yang menjadi wadah baginya. Bila cinta diperlihara oleh orang-orang keji, maka cinta adalah api yang akan melalapnya. Bila cinta dimainkan oleh para penguasa yang dzolim, maka akan membuatnya berpaling dari keadilan. Bila cinta disembah oleh para cerdik pandai yang durjana, maka akan lahir segolongan orang yang mengaku dirinya tuhan. Namun ketika cinta itu dipelihara oleh orang yang bijaksana, alim terlebih lagi ihsan, maka cinta adalah jalan menuju penghambaan yang tulus. Menjadi bahan bakar ketaatan untuk berbakti. Menjadi embun yang menyejukan hati-hati yang kerontang karena terbakar ujian. Dan lebih dari itu, cinta akan membuat dirinya terbang tinggi menggapai kesejehteraan hidup di dunia sampai bertemu dengaNya dengan disambut CINTA.
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

Popular Post



 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. mm - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger